Produsen Cat UKM Siap Produksi Cat Bebas Timbel


Jakarta, 27 Mei 2022 – Indonesia merupakan salah satu pasar cat dan pelapis terbesar di Asia dan diperkirakan akan terus meningkat[1]. Sedikitnya 150 produsen cat di Indonesia memproduksi 1,5 juta metrik ton per tahun dan mempekerjakan lebih dari 30.000 orang.

Laporan yang dirilis Nexus3-IPEN Oktober 2021 lalu menunjukkan bahwa 73% cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbel di atas batas aman 90 ppm. Selebihnya hanya 27% yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm. Sampel cat yang diteliti adalah warna-warna cerah yang digunakan terutama di fasilitas anak-anak, taman bermain, sekolah, mainan, dll.[2]
Nexus3 Foundation dan IPEN (International PoPs Elimination Network) dengan dukungan Badan PBB untuk Lingkungan (United Nations Environment Programme/UNEP) serta Global Environment Facility (GEF) “Kesiapan Produsen Cat Indonesia untuk Memproduksi Cat Bebas Timbel di Indonesia”  di Jakarta pada 25 Mei yang lalu. Workshop ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk lintas kementerian, sektor swasta maupun pihak UKM industri yang menjadi mitra proyek uji-coba reformulasi cat Timbel.

Sejak 2020 Nexus3 Foundation dan IPEN membantu UKM cat di Indonesia dalam reformulasi penggunaan timbel dalam cat di proses produksi mereka. Penyediaan pigmen organik-pun didukung oleh dua produsen pigmen terbesar, PT Clariant Indonesia dan BASF Indonesia. Hingga 2022 ini empat perusahaan kecil menengah: PT Rajawali Hiyoto, PT Mataram Paint, PT Sigma Utama dan PT Bital Asia, telah berhasil melakukan reformulasi produk-produk mereka serta mendukung proses produksi cat yang bebas timbel. Langkah berani ini diharapkan juga diikuti oleh perusahaan-perusahaan besar pemimpin pasar yang masih menggunakan timbel dalam proses produksi cat mereka.

“Kesepakatan global untuk menghentikan pajanan timbel dari cat adalah tahun 2020. Keberhasilan uji-coba reformulasi cat tanpa timbel di Indonesia, sangat penting untuk mengejar target kesepakatan global dan harus didukung Peraturan Pemerintah yang melindungi kesehatan masyarakat, pekerja industri cat dan lingkungan,” kata Jeiel Guarino, Technical Consultant IPEN.

“Setelah setahun melakukan uji-coba reformulasi cat, perusahaan-perusahaan ini secara sukarela telah berhasil mengganti pigmen dan bahan pembantu berbasis timbel. Peraturan Pemerintah untuk mendukung industri yang ramah lingkungan dan berdaya saing di pasar internasional harus diterbitkan,” kata Ir. Yuyun Ismawati, MSc, Senior Advisor Nexus3 Foundation. “Dimulai dari pelarangan impor pigmen bertimbel, impor produk cat bertimbel, dan melarang produksi cat dengan timbel. Sekarang saatnya Indonesia punya bangunan-bangunan publik dan fasilitas anak yang bebas cat bertimbel. Tahun 2023 harus menjadi tonggak tahun cat bebas timbel Indonesia,” imbuh Yuyun.

”Saya merasa ikut gembira dengan adanya progress dari inisiatif Nexus3 dengan hadirnya perwakilan-perwakilan dari pemerintahan yang tentunya sangat berperan untuk percepatan penghapusan timbel dalam cat di Indonesia. Karena dari APCI sudah siap untuk pembuatan cat bebas timbel bila sudah jelas peraturan pemerintah,” ujar Dr. Freddy Pangkey, Presiden Direktur Mataram Paint.

Hal serupa juga didukung oleh Abdus Syukur, Research & Development PT Rajawali Hiyoto. “Walaupun sangat terlambat, lebih baik kita memulai perubahan untuk membuat produk bebas timbel. Perjalanan proses reformulasi ini tidak mudah, namun kami berkomitmen penuh. Saat ini 90% produk kami bebas timbel dan kami berharap di 2023 sudah bebas timbel”.

Selain empat perusahaan ini, beberapa produsen cat pemimpin pasar sudah memproduksi cat bebas timbel lebih awal, antara lain PT Mowilex Indonesia, PT Pacific Paint, PT Indaco Warna Dunia, PT ICI/Dulux, PT Asia Paints, dan PT Jotun Indonesia.

Tahun 2013 National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat memperkirakan biaya ekonomi dari paparan timbel pada masa kanak-kanak di Indonesia sekitar USD 37,9 miliar per tahun. Selanjutnya, perkiraan kerugian kumulatif 16 juta poin IQ dikaitkan dengan keberadaan cat timbel di Indonesia. Saat ini, populasi berisiko adalah sekitar 33 juta anak atau sekitar 12,2% dari total populasi.

Biaya ekonomi tahunan kerugian akibat cat bertimbel sebesar USD 37,9 miliar tidak ada artinya jika dibandingkan dengan total pasar cat dekoratif dan pelapis di Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 1,86 miliar. Dengan kata lain, kerusakan dari cat bertimbel melebihi total pendapatan industri lebih dari 20 kali lipat. Produsen cat yang ramah lingkungan berkontribusi mendukung Indonesia mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama target 3.9 tentang Kesehatan bagi semua dan target 12.4 tentang Sustainable Consumption and Production[3].

SELESAI

Untuk informasi lebih lanjut:

Yuyun Ismawati, yuyun@nexus3foundation.org, +44 758 376 8707

Sonia Buftheim, sonia@nexus3foundation.org; +62 877-8237-8890

[1] https://www.coatingsworld.com/issues/2018-09-01/view_india_asia_pacific_reports/indonesian-paint-and-coatings-industry/

[2]  Ismawati, Y., et al. 2021. Lead in Solvent-Based Paints in Indonesia 2021. Nexus3 – IPEN.  https://16edd8c0-c66a-4b78-9ac3-e25b63f72d0f.filesusr.com/ugd/13eb5b_172bff89fdac4df3bcb0d546d1c7b248.pdf

[3] By 2020, achieve the environmentally sound management of chemicals and all wastes throughout their life cycle, in accordance with agreed international frameworks, and significantly reduce their release to air, water and soil in order to minimize their adverse impacts on human health and the environment

 



Source link

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *